Sabtu, 18 Februari 2017

PENYESUAIAN DIRI REMAJA


Kelompok 11
Rezeki Amaliyah (A1A115011)
Agustia Halwa (A1A115015)
Mita Eka Nurgianti (A1A115036)

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PENYESUAIAN DIRI REMAJA

1.      Konsep dan Proses Penyesuaian Diri
A.      Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan sebagai adaptasi untuk mempertahankan eksistensinya dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. penyesuaian sebagai kematangan emosional, maksudnya ialah secara positif memiliki respons emosional yang tepat pada setiap situasi.
Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
B.       Proses Penyesuaian Diri
Secara garis besar proses penyesuaian diri dapat dikemukakan dalam beberapa tahap :
a.    Tahap pertama
Sebagaimana diketahui bahwa kebutuhan merupakan alasan yang mendorong seseorang berperilaku. Ada berbagai jenis klasifikasi kebutuhan menurut Abraham Maslow ataupun Henry Murray. Kebutuhan-kebutuhan itu misalnya kebutuhan biologis seperti lapar, haus. Atau kebutuhan psikologis seperti kebutuhan rasa aman,cinta kasih, harga diri dan sebagainya.
b.    Tahap kedua
Tahap ini individu mulai melakukan atau mempelajari dirinya yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan, dorongan-dorongan yang muncul. Kondisi dan situasi lingkungan berkenaan dengan peluang, tuntutan ataupun keterbatasan-keterbatasan yang ada.
c.    Tahap ketiga
Pemahaman tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya merupakan tahapan ketiga dari proses penyesuaian diri. Bersamaan dengan terbentuknya pemahaman diri sendiri, terbentuk pula pemahaman terhadap lingkungan.


d.   Tahap keempat
Menginteraksikan antara kebutuhan beserta kemampuan dirinya. Proses interaksi sering dipengaruhi faktor-faktor kepercayaan individu terhadap dirinya sendiri atau terhadap lingkungannya.
e.    Tahap kelima
Pada tahap ini individu memunculkan perilaku atau tindakan sebagai hasil proses interaksi. Ada dua jenis perilaku yang kemungkinan muncul, yaitu 1) Perilaku atau tindakan positif dan 2) Perilaku atau tindakan negatif.

2.      Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga. Contoh: sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal dan penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Hasil dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung untuk menghabiskan waktunya di luar rumah. Di samping itu, sikap orang tua yang memberikan perlindungan yang berlebihan akibatnya juga tidak baik. Remaja yang mendapatkan pemeliharaan yang berlebihan, menyebabkan ia juga mengharapkan bantuan dan perhatian dari orang lain dan ia berusaha menarik perhatian mereka, serta menyangka bahwa perhatian seperti itu adalah haknya.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal karena keluarganya sering pindah, ia terpaksa pindah dari sekolah ke sekolah yang lain dan ia mengalami banyak kesukaran akademis, bahkan mungkin ia akan sangat tertinggal dalam pelajaran, karena guru berbeda-beda dalam cara mengajarnya, demikian pula mungkin buku-buku pokok yang dipakainya tidak sama.

3.      Implikasi Proses Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Oleh karena itulah di setiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika ia (mereka) menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi, dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan sekolah. Guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan, penuh perhatian, antusias, mampu mengontrol diri, humor, dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3. Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan keinginan belajar.
5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6. Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar