Sabtu, 18 Februari 2017

MAKALAH KETIMPANGAN EKONOMI DAN KECEMBURUAN SOSIAL



MAKALAH
EKONOMI INDONESIA
KETIMPANGAN EKONOMI DAN KECEMBURUAN SOSIAL



Dosen Pembimbing     : Drs. H. ARPIZAL, M.Pd
                                                              ROSMIATI, S.Pd., M,Pd

Disusun oleh kelompok 11 :   
                                                            WILDA ARI SANTI     (A1A115010)
                                                            REZEKI AMALIYAH  (A1A115011)
                                                            LUKMAN                       (A1A115035)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEJURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Ketimpangan ekonomi mengandung makna pada persoalan kemiskinan dan pemerataan. Kedua masalah ini masih merupakan topik yang hangat untuk dibicarakan mengingat masih besarnya pengangguran terselubung yang disebabkan masih adanya yang dilakukan dibawah produktivitas kerja serta rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia . Ukuran-ukuran yang biasa mereka gunakan dalam menilai ketimpangan ekonomi antara lain dalam menilai ketimpangan ekonomi antara lain adalah gaji/upah dan kesempatan berusaha .
Ketimpangan ekonomi juga terkadang membuat kecemburuan sosial dimana masyarakat kelas menengah bawah merasa tidak adilnya pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah yang dianggap hanya menguntungkan sepihak.
Ketimpangan merupakan persoalan klasik dalam desain pembangunan . Hal itu tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga negara-negara berkembang lain. Ketimpangan pendapatan ekonomi akan memunculkan sejumlah persoalan seperti kecemburuan sosial, arus  urbanisasi , kejahatan perkotaan , degradasi kualitas hidup desa kota , hingga soal-soal politik. Oleh karena itu, desain pembangunan ekonomi menjadi penting untuk diprioritaskan.kita perlu  satu desain besar pembagunan ekonomi yang tidak hanya mengejar pertumbuhan , melainkan juga melihat ukuran pemerataan dan distribusinya.

1.2  Rumusan  masalah
1.      Bagaimana ketimpangan ekonomi dan kecemburuan sosial ?
2.      Apa saja faktor penyebab ketimpangan ekonomi dan kecemburuan sosial ?
3.      Apa dampak yang ditimbulkan oleh ketimpangan ekonomi ?
4.      Bagaimana upaya mengatasi  ketimpangan ekonomi ?
1.3  Tujuan dan manfaat penulisan
1.      Mengetahui ketimpangan ekonomi dan kecemburuan sosial
2.      Mengetahui faktor penyebab ketimpangan dan kecemburuan sosial
3.      Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh ketimpangan ekonomi
4.      Mengetahui upaya mengatasi  ketimpangan ekonomi

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Ketimpangan Ekonomi Dan Kecemburuan Sosial
Sejarah berbagai bangsa, termasuk Indonesia memperlihatkan bahwa revolusi sosial hampir selalu berawal dari adanya kecemburuan sosial antara golongan sebagai dampak dari kondisi ekonomi dalam masyarakat yang berupa kemiskinan dan kesenjangan baik antara sektor, golongan maupun antara daerah. Masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, ditambah dengan adanya fenomena kesenjangan yang lebar akan demikian mudah menerima paham-paham mengatasnamakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Ketimpangan merupakan persoalan klasik dalam desain pembangunan . Hal itu tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga negara-negara berkembang lain. Ketimpangan ekonomi akan memunculkan sejumlah persoalan seperti kecemburuan sosial, arus  urbanisasi, kejahatan perkotaan, degradasi kualitas hidup desa kota , hingga soal-soal politik. Oleh karena itu, desain pembangunan ekonomi menjadi penting untuk diprioritaskan.kita perlu  satu desain besar pembangunan ekonomi yang tidak hanya mengejar pertumbuhan , melainkan juga melihat ukuran pemerataan dan distribusinya.
Karena itu, kerangka pembangunan nasional bangsa Indonesia menekankan pada asas trilogi pembangunan yang meliputi pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. Ketiga aspek trilogi pembangunan tersebut merupakan kondisi dinamis dan saling bergantian prioritas penekanannya dalam setiap tahap Repelita. Manakala pertumbuhan ekonomi dirasakan sudah cukup tinggi namun indikasi melebarnya kesenjangan ekonomi antargolongan dan daerah, maka pemerintah memberikan prioritas penekanan pada aspek pemerataan dengan tidak meninggalkan kedua aspek lainnya. Demikian saat stabilitas ekonomi diperlukan, maka penekanan pada aspek ini menjadi lebih nyata.

2. Faktor penyebab ketimpangan ekonomi dan kecemburuan sosial
Sudah cukup banyak studi yang menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi antar provinsi atau wilayah di Indonesia. Salah satunya menurut Sjafrizal (2012) beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wilayah, yaitu :


1.    Perbedaan kandungan Sumber Daya Alam
Perbedaan kandungan SDA akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan SDA cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan SDA alam lebih rendah.
2.    Perbedaan kondisi demografis
Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yag selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
3.    Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) migrasi spontan.  Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya ketimpangan pembanunan antar wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.
4.    Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses pembanggunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
5.    Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintah otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menarik investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investasi akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.


2.3 Dampak yang Ditimbulkan oleh Ketimpangan Ekonomi
Karena ketimpangan merupakan salah satu dari tiga masalah (kemiskinan dan pengangguran) dan sangat sulit diatasi, pastilah memiliki dampak terhadap perekonomian itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketimpangan dapat mempengaruhi perekonomian, terutama perubahan ekonomi seperti perubahan pola permintaan dan perubahan ukuran pasar domestik.
Ketimpangan ini dalam praktiknya sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia (Mudrajad, 2013), yang pada ujungnya masyarakat akan rentan terhadap konflik. Konflik juga mempengaruhi perekonomian bila menganggu distribusi barang dan jasa, menghentikan jalannya produksi, hingga penurunan dan penundaan investasi saat ini. Selain itu, ketimpangan yang tidak segera diatasi dapat menumbuhkan kelompok miskin kronis sehingga malah memperlebar ketimpangan dan melemahkan pertumbuhan ekonomi.

2.4  Upaya Mengatasi  Ketimpangan Ekonomi
Bank Dunia memberikan beberapa rekomendasi untuk menyelesaikan masalah ketimpangan, antara lain :
a.    Mengubah pola pelatihan untuk memperkuat tenaga kerja di sektor formal
Masalah pertama dalam hal ini adalah kesempatan kerja, karena ada sektor formal dan informal. Rekomendasinya bagaimana memperkuat tenaga kerja untuk masuk ke sektor formal dengan cara mengubah beberapa pola pendidikan serta pelatihan.  Ke depannya pelatihan dan pendidikan tenaga kerja akan diarahkan dan difokuskan untuk profesional. Dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
b.    Negara juga tidak boleh bergantung kepada sektor komoditas dan harus mulai melakukan pergeseran ke sektor industri.
c.    Peningkatan penerimaan pajak
Pentingnya peningkatan penerimaan pajak, agar negara dapat memiliki keleluasaan dalam pendanaan berbagai program untuk menekan persoalan ketimpangan antara orang miskin dan orang kaya (gini ratio). Peningkatan penerimaan pajak tersebut harus dilakukan dengan cara memperluas basis pajak, agar tidak membebani masyarakat. Kalau penerimaan pajak dapat ditingkatkan seperti negara tetangga yang mencapai 16 % dari PDB, maka akan lebih banyak dana untuk membantu program penyelesaian ketimpangan.
Masalah ketimpangan memang bukan isu yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Kemauan yang kuat serta kesatuan dari semua komponen pemerintahan sangat diperlukan. Tak terkecuali juga masyarakat Indonesia sendiri agar membangun kesadaran pentingnya mengurangi ketimpangan pendapatan misalnya, dengan tidak menawar harga lebih murah jika membeli produk dari pedagang kecil di pasar tradisional. Tidak ada lagi kebijakan yang hanya berkonsentrasi pada satu wilayah seperti kereta cepat Jakarta-Bandung, sedangkan di Lebak, Banten masih banyak anak yang ingin pergi ke sekolah harus melalui jembatan yang cukup rentan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Belum lagi masyarakat di wilayah timur Indonesia yang sangat butuh perhatian pemerintah, khususnya di bidang infrastruktur pendidikan, kesehatan dan transportasi. Mengingat pentingnya sektor pendidikan dan kesehatan dalam menanggulangi ketimpangan lebih dini, anggaran untuk kedua bidang tersebut diharapkan dapat dialokasikan lebih banyak serta penyerapan anggaran yang lebih optimal.


















BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran



























DAFTAR PUSTAKA

Sjafrizal.2012.Ekonomi Wilayah dan Perkootaan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada



Tidak ada komentar:

Posting Komentar