Rabu, 22 Februari 2017

MAKALAH MOTIVASI BELAJAR


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
MOTIVASI BELAJAR


 
DOSEN PENGAMPU :
1.      Prof. Dr. Drs. RAHMAD MURBOJONO, M.Pd
2.      SITI SYUHADA, S.Pd., M.E
DISUSUN :
KELOMPOK 4
YOLANDA SEPTARIANI (A1A115009)
WILDA ARI SANTI (A1A115010)
REZEKI AMALIYAH (A1A115011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     LATAR BELAKANG
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang di lakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum atau perpustakaan. Di sekolah dalam proses pembelajaran dapat dijelaskan dengan berbagai teori belajar. Di samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi siswa. Setiap siswa memiliki tingkat motivasi yang berbeda-beda dalam belajar. Sehingga guru sering mengalami kesulitan dalam mengukur kemampuan peserta didik ketika dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah dengan analisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebagainya. Faktor-faktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya. Karena di kelas keadaan siswa bermacam-macam dalam hal belajar maupun menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru, maka dari itu guru perlu memperhatikan kondisi ekstern belajar dan kondisi intern siswa yang belajar.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis akan menulis makalah yang berjudul “Motivasi Belajar”.

1.2     RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peran dan fungsi motivasi dalam belajar ?

1.3     TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi motivasi dalam proses pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1     PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, meyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata,1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu (Cropley, 1985). Hampir senada, Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames dan Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif, menurut pandangan ini, motivasi  didefinisikan sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya.

2.2     BERBAGAI PANDANGAN TERHADAP MOTIVASI
1.      Pandangan Behaviorisme terhadap Motivasi
Menurut paham behavioristik, motivasi merupakan faktor eksternal yang perlu didesain untuk mengubah perilaku individu sesuai dengan perilaku yang diharapkan dengan jalan melakukan modifikasi perilaku yang diterapkan dengan mengaplikasi konsekuensi dari perilaku yang ditampilkan individu, seperti reinforcement dan punishment.
Oleh karena itu, semua faktor yang berkaitan dengan hal tersebut perlu disediakan agar individu termotivasi untuk melakukan kegiatan yang ditunjukkan pada perubahan perilaku yang diharapkan. Di dalam pendidikan, faktor-faktor tersebut diantaranya meliputi penciptaan iklim belajar yang kondusif, penyediaan fasilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan, dan adanya guru yang dapat dijadikan model dari perilaku yang diharapkan.
2.      Pandangan Kognitivisme terhadap Motivasi
Motivasi menurut paham kognitivisme merupakan faktor yang datang dari dalam diri manusia. Motivasi menurut pandangan kognitivisme berkaitan dengan pilihan, keputusan, rencana, minat, dan tujuan dan berbagai perhitungan yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang akan dialami individu.
Motivasi menurut perspektif kognitivisme bersifat intrinsik yang sangat erat hubungannya dengan kemampuan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, yang melibatkan pengertian dan pemahamannya terhadap masalah-masalah yang mengandung problematik (McInerney & Mc Inerney, 1998: 173). Selanjutnya, motivasi intrinsik melibatkan rasa puas terhadap keberhasilan yang telah dicapai, keamanan pribadi, serta minat individu.
3.      Motivasi Menurut Teori Maslow
Motivasi menurut Abraham Maslow ditekankan pada hierarki kebutuhan atau Hierarchy of Needs. Menurut Maslow, kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan merupakan dasar dari motivasi melakukan berbagai kegiatan. Apabila suatu kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi maka manusia akan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
4.      Motivasi Menurut Teori Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori motivasi berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi kepuasan dalam kebutuhan hidupnya. Teori Herzberg banyak digunakan di dalam dunia bisnis, akan tetapi di dalam dunia pendidikan teori ini juga banyak digunakan. Herzberg membangun teorinya berdasarkan dua paradigma, yaitu paradigma yang berkaitan dengan sikap individu terhadap pekerjaannya atau motivating factor yang menyangkut faktor-faktor yang menyebabkan karyawan puas dan paradigma yang berkaitan denngan kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan interpersonal dan kondisi kerja serta sistem penggajian atau disebut dengan istilah hygiene factor.
Di dalam dunia pendidikan teori ini dapat diterapkan pada siswa dengan melakukan beberapa penyesuaian, seperti pencapaian hasil kerja diganti dengan pencapaian hasil belajar dan factor hygiene diganti dengan peraturan atau kebijakan sekolah terhadap proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh siswa.


5.      Motivasi Menurut Teori McClelland
David McClelland sangat menyakini bahwa achievement dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. David McClelland menyatakan bahwa terdapat tiga jenis motivasi (Feldman, 1986), yaitu :
a.       Motivasi berprestasi merupakan motivasi yang membuat individu berusaha mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukannya dan berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalangi usahanya untuk mencapai prestasi tersebut.
b.      Motivasi terhadap kekuasaan merupakan daya dorong atau motivasi untuk mencari pengaruh atau kekuasaan secara efektif dan memberikan manfaat.
c.       Motivasi Afiliasi merupakan kebutuhan yang mendorong individu melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya, menjalin persahabatan dan menjalin kerja sama.
6.      Motivasi Menurut Vroom
Victor H. Vroom (Vroom, 1964) menjelaskan motivasi melalui teori yang dikenal dengan teori harapan. Teori tersebut diaplikasikan ke dalam model harapan yang dikembangkannya dan model ini disempurnakan oleh Poster dan Lawer serta kawan-kawan. Menurut Vroom, motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor, yaitu : (1) seberapa besar seseorang menginginkan imbalan, (2) perbuatan atau usaha yang akan menghasilkan apa (harapan), (3) perkiraan bahwa prestasi akan menghasilkan instrumentalitas.
7.      Motivasi Menurut Teori ERG
Teori ERG adalah teori motivasi yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan manusia. E berarti existence atau kebutuhan untuk tetap hidup, R berarti relatedness atau kesesuaian, dan G berarti growth atau perkembangan. Ketiga aspek ini saling berhubungan dengan kelima aspek dalam hierarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow (Feldman, 1986:55-56).
8.      Motivasi Menurut Teori Equity
Teori kesejajaran atau equity theory merupakan sumber informasi lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan motivasi. Motivasi individu yang berada dalam suatu organisasi atau institusi, seperti kantor atau sekolah dan lain-lain, dipengaruhi perasaan mereka tentang perlakuan yang diterimanya oleh organisasi/institusi tersebut. Apabila seseorang merasa dirinya tidak diperlakukan adil oleh organisasi/institusi di mana ia menjadi anggota dari organisasi/institusi tersebut maka hal ini akan menyebabkan motivasi individu tersebut menurun. Hal ini terlihat dari perubahan semangat kerja yang pada tahap selanjutnya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Pada umumnya, kinerjanya akan menurun (Arnold & Feldman:61-62).
9.      Motivasi Menurut Teori Pencapaian Tujuan
Teori penetapan tujuan atau goal setting theory menjelaskan bahwa tujuan yang akan dicapai merupakan faktor yang dominan dalam meningkatkan motivasi dan kinerja individu. Penelitian yang dilakukan oleh Taylor selama lima belas tahun tentang pengaruh tujuan terhadap motivasi dan kinerja menunjukkan bahwa tujuan yang akan dicapai memberikan manfaat positif pada peningkatan motivasi kinerja individu.

2.3     JENIS DAN SUMBER MOTIVASI
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.
Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik dapat saja justru mengakibatkan daya motivasi individu berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu. Lalu, apa yang menjadi sumber motivasi seseorang ? menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut, pada diri manusia senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkatan yang paling dasar dan secara hierarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah terpenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator,  maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, dapat menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hierarkis, sehingga seseorang tidak dapat melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam praktiknya, tidak sedikit orang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski kebutuhan-kebutuhannya belum terpenuhi semua.

2.4     PERAN DAN FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran, selain kajian teori belajar dan teori pembelajaran, ada hal lain yang juga penting untuk dikaji korelasinya dengan proses belajar dan pembelajaran, yaitu berkenaan dengan motivasi. Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan, bahwa motivasi merupakan faktor yang banyak memberikan pengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc. Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans and Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987), bahwa di antara tiga faktor yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan faktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 % terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 %, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi  sampai 64 % terhadap prestasi belajar.
Motivasi belajar dianggap sangat penting dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat dari fungsi, nilai, dan manfaatnya. Hal tersebut menjadi acuan bahwa motivasi belajar mempengaruhi serta dapat mengubah tingkah laku siswa. Dalam hal ini ada tiga fungsi motivasi yaitu :
1.      Motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan dalam belajar.
2.      Motivasi belajar berfungsi sebagai pengarah dalam belajar.
3.      Motivasi belajar berfungsi sebagai penggerak.

v  Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a.       Cita-Cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil, sehingga keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Cita-cita akan memperkuat motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. (Monks, 1989: 241-260: Schein, 1991: 87-110; Singgih Gunarsa, 1990: 183-199.)
b.      Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya, karena kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.  (Monks, 1989 : 21; Singgih Gunarsa, 1990:49.)
c.       Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menganggu perhatian belajar. Sedangkan seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d.      Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e.       Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
f.       Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut.
Guru profesional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusa pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kerja sama sekolah dan luar sekolah.

2.5     PENERAPAN MOTIVASI DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
Motivasi merupakan faktor yang penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu menentukan model penerapan motivasi yang dapat meyakinkan bahwa peserta didik memiliki kesempatan untuk mencapai kesuksesan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran tersebut.
Model motivasi yang dapat diterapkan dalam mendorong kemajuan siswa diantaranya :
1.        Sebelum Proses Pendidikan dan Pembelajaran : Asesmen Kebutuhan Siswa dan Kemauan untuk Berprestasi
Sebelum proses pendidikan/pembelajaran dilakukan, pendidik perlu mengajukan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa terhadap proses pendidikan/pembelajaran yang dijalaninya.
Hasil need assessment menjadi pedoman bagi pendidik dalam mendesain berbagai lingkungan belajar, strategi dan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tindakan-tindakan reinforcement yang akan dilakukan guru selama proses belajar berlangsung.
2.        Selama Proses Pendidikan dan Pembelajaran Berlangsung
Motivasi yang dilakukan selama proses pendidikan/pembelajaran bertujuan untuk menjaga kestabilan semangat dan emosi siswa dalam mengikuti proses tersebut. Berbagai tindakan yang dapat dilakukan di antaranya adalah seperti berikut ini.
v  Menstimulasi keingintahuan siswa.
v  Memelihara iklim emosi yang positif selama proses pembelajaran berlangsung
v  Selama proses belajar berlangsung, stres pada siswa perlu diminimalisasi, yang dilakukan dengan jalan mendorong kegiatan yang meningkatkan kreativitas dan kesempatan siswa untuk meningkatkan dirinya.
v  Apabila motivasi internal siswa lemah maka pendidik dapat melakukan motivasi eksternal dengan jalan memberikan tugas-tugas yang dapat dilakukan siswa dengan baik, selanjutnya secara perlahan ditingkatkan pada tugas-tugas yang lebih sukar.
v  Teknik-teknik motivasi yang diterapkan perlu dipilih dan dipastikan dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam mencapai prestasi belajar secara optimal.
3.        Akhir Proses Pendidikan/Pembelajaran
Di akhir proses pembelajaran, motivasi siswa sangat dipengaruhi oleh pencapaian hasil belajar yang diperolehnya. Oleh sebab itu, di akhir proses belajar siswa perlu memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatiannya dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajarnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, sebab-sebab kesalahan tersebut terjadi, dan menyediakan program remedial bagi siswa yang membutuhkan perbaikan dalam proses belajar yang mereka inginkan.

v  Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar.



a.         Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal motivasi belajar. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar tersebut antara lain sebgai berikut :
(1) Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar; oleh karena, itu guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis. (2) Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya; oleh karena itu peletakkan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik. (3) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu ; oleh karena itu, di samping mengajarkan bahan secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek. (4) Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu, guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang seyogyanya bahan tersebut diatur dalam prinsip memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. (5) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari; oleh karena itu guru perlu memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
b.        Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan ada yang di lingkungan siswa.
Guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut, sebagai berikut : (1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya. (2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, betapa lambat gerak belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong; dalam hal ini berlaku semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”. (3) meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar. (4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar. (5) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar; pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan aktualisasi diri siswa”. (6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil”.
c.         Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya ; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar, dengan mencari “cara memecahkan”. (4) Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran. (7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. (Monks, 1989: 293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Weil, 1980: 105-129 dan 147-163).
d.        Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar
Upaya mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : (1) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, seperti mengatur kelas dan sekolah yang indah dan tertib. Setiap siswa dapat merasa “kerasan” atau betah tinggal disekolah. (2) Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar, sebagai ilustrasi, siswa diajak serta memelihara ketertiban dan keindahan kelas, perpustakaan, alat-alat olahraga, halaman bermain, dan kebun sekolah. (3) Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, seperti lomba baca, lomba karya tulis. Siswa yang sudah cukup terampil juga diajak serta menjadi panitia lomba. (4) Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan, majalah. (5) Guru “memberanikan” siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai; siswa diajak berdiskusi tentang keberhasilan atau kegagalan mencapai keinginan; selanjutnya siswa diminta merumuskan keinginan-keinginan yang “baru” yang diduga dapat tercapai. (6) Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama atau pendeta, pramuka, dan para instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikkan dan mengembangkan cita-cita sepanjang hayat.



























BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Dalam proses pembelajaran dijelaskan dengan berbagai teori belajar. Terlepas dari teori belajar tersebut, ada satu aspek yang juga bisa menentukan tingkat keberhasilan hasil belajar siswa yaitu motivasi. Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Berbagai pandangan terhadap motivasi, diantaranya : 1. Pandangan Behaviorisme, 2. Pandangan Kognitivisme, 3. Teori Maslow, 4. Teori Herzberg, 5. Teori McClelland, 6. Menurut Vroom, 7. Teori ERG, 8. Teori Equity, 9. Teori Pencapaian Tujuan.
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik (dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (berasal dari luar individu). Sumber motivasi menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Teori ini dikemukakan oleh Maslow, kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi sesuai dengan tingkatannya. Sebab jika kebutuhan sebelumnya tidak terpenuhi, maka manusia hanya bertahan pada level sebelumnya dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Namun, teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hierarkis, sehingga seseorang tidak dapat melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi.
Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Ada 3 fungsi motivasi dalam belajar yaitu :
1.      Motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan dalam belajar.
2.      Motivasi belajar berfungsi sebagai pengarah dalam belajar.
3.      Motivasi belajar berfungsi sebagai penggerak.

Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu : a. Cita-cita atau aspirasi siswa, b. Kemampuan siswa, c. Kondisi siswa, d. Kondisi lingkungan siswa, e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa.
Model motivasi yang dapat diterapkan dalam mendorong kemajuan siswa diantaranya :
1.        Sebelum Proses Pendidikan dan Pembelajaran : Asesmen Kebutuhan Siswa dan Kemauan untuk Berprestasi
2.        Selama Proses Pendidikan dan Pembelajaran Berlangsung, memberikan stimulasi keingintahuan siswa serta memilih teknik-teknik motivasi nuntuk memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai prestasi belajar.
3.        Akhir Proses Pendidikan/Pembelajaran, menunjukkan kesalahan siswa, sebab kesaalahan terjadi dan menyediakan program remedial bagi siswa yang membutuhkanperbaikan belajar.
Upaya meningkatkan motivasi belajar, antara lain : a. Optimalisasi penerapan prinsip, b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran, c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.

3.2     SARAN
Dalam proses belajar dan mengajar motivasi sangat dibutuhkan untuk menunjang semangat peserta didik. Sehingga sebagai calon tenaga pendidik, kita diharuskan bisa memotivasi peserta didik untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Jika peserta didik termotivasi, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan mampu untuk mendapatkan hasil yang terbaik.








DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia

Siregar, Eveline & Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

http://www.pengertianpakar.com/2015/02/pengertian-dan-fungsi-motivasi-belajar.html diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 20.04 wib