BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
MOTIVASI BELAJAR
DOSEN PENGAMPU :
1. Prof. Dr. Drs.
RAHMAD MURBOJONO, M.Pd
2. SITI SYUHADA,
S.Pd., M.E
DISUSUN :
KELOMPOK 4
YOLANDA SEPTARIANI (A1A115009)
WILDA ARI SANTI (A1A115010)
REZEKI AMALIYAH (A1A115011)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Belajar merupakan
kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang di
lakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum atau
perpustakaan. Di sekolah dalam proses pembelajaran dapat dijelaskan dengan
berbagai teori belajar. Di samping itu proses tersebut dapat pula dijelaskan
dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu motivasi siswa. Setiap
siswa memiliki tingkat motivasi yang berbeda-beda dalam belajar. Sehingga guru
sering mengalami kesulitan dalam mengukur kemampuan peserta didik ketika dalam
proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah dengan analisis yang
dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa kinerja yang rendah dapat disebabkan
oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa.
Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari dalam dan luar diri
siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar, cara mengajar guru, sistem
pemberian umpan balik, dan sebagainya. Faktor-faktor dari dalam diri siswa
mencakup kecerdasan, strategi belajar, motivasi dan sebagainya. Karena di kelas
keadaan siswa bermacam-macam dalam hal belajar maupun menerima pelajaran yang
disampaikan oleh guru, maka dari itu guru perlu memperhatikan kondisi ekstern
belajar dan kondisi intern siswa yang belajar.
Berdasarkan
pemaparan di atas, maka penulis akan menulis makalah yang berjudul “Motivasi
Belajar”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peran dan fungsi motivasi dalam belajar ?
1.3
TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi motivasi
dalam proses pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan
pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985)
menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu, dan yang memberi arah ketahanan (persistence) pada tingkah laku
tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme. Sedangkan Imron (1996)
menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata
kerjanya adalah to motivate yang
berarti mendorong, meyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols,
1984 dalam Imron, 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai tujuan yang
diinginkan (Suryabrata,1984).
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang
ingin dicapai melalui perilaku tertentu (Cropley, 1985). Hampir senada, Winkels
(1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan
tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan
keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai
tujuan tersebut.
Ames dan Ames (1984) menjelaskan motivasi dari
pandangan kognitif, menurut pandangan ini, motivasi didefinisikan sebagai perspektif yang
dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya.
2.2
BERBAGAI PANDANGAN TERHADAP MOTIVASI
1.
Pandangan Behaviorisme terhadap Motivasi
Menurut paham behavioristik, motivasi merupakan faktor
eksternal yang perlu didesain untuk mengubah perilaku individu sesuai dengan
perilaku yang diharapkan dengan jalan melakukan modifikasi perilaku yang
diterapkan dengan mengaplikasi konsekuensi dari perilaku yang ditampilkan
individu, seperti reinforcement dan punishment.
Oleh karena itu, semua faktor yang berkaitan dengan
hal tersebut perlu disediakan agar individu termotivasi untuk melakukan
kegiatan yang ditunjukkan pada perubahan perilaku yang diharapkan. Di dalam
pendidikan, faktor-faktor tersebut diantaranya meliputi penciptaan iklim belajar
yang kondusif, penyediaan fasilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan, dan
adanya guru yang dapat dijadikan model dari perilaku yang diharapkan.
2.
Pandangan Kognitivisme terhadap Motivasi
Motivasi menurut paham kognitivisme merupakan faktor
yang datang dari dalam diri manusia. Motivasi menurut pandangan kognitivisme
berkaitan dengan pilihan, keputusan, rencana, minat, dan tujuan dan berbagai
perhitungan yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang akan dialami
individu.
Motivasi menurut perspektif kognitivisme bersifat
intrinsik yang sangat erat hubungannya dengan kemampuan individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, yang melibatkan pengertian dan
pemahamannya terhadap masalah-masalah yang mengandung problematik (McInerney
& Mc Inerney, 1998: 173). Selanjutnya, motivasi intrinsik melibatkan rasa
puas terhadap keberhasilan yang telah dicapai, keamanan pribadi, serta minat
individu.
3.
Motivasi Menurut Teori Maslow
Motivasi menurut Abraham Maslow ditekankan pada
hierarki kebutuhan atau Hierarchy of Needs.
Menurut Maslow, kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan merupakan dasar dari
motivasi melakukan berbagai kegiatan. Apabila suatu kebutuhan yang lebih rendah
telah terpenuhi maka manusia akan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
lebih tinggi.
4.
Motivasi Menurut Teori Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori motivasi
berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi kepuasan dalam kebutuhan hidupnya.
Teori Herzberg banyak digunakan di dalam dunia bisnis, akan tetapi di dalam
dunia pendidikan teori ini juga banyak digunakan. Herzberg membangun teorinya
berdasarkan dua paradigma, yaitu paradigma yang berkaitan dengan sikap individu
terhadap pekerjaannya atau motivating
factor yang menyangkut faktor-faktor yang menyebabkan karyawan puas dan
paradigma yang berkaitan denngan kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan
interpersonal dan kondisi kerja serta sistem penggajian atau disebut dengan
istilah hygiene factor.
Di dalam dunia pendidikan teori ini dapat diterapkan
pada siswa dengan melakukan beberapa penyesuaian, seperti pencapaian hasil kerja
diganti dengan pencapaian hasil belajar dan
factor hygiene diganti dengan peraturan atau kebijakan sekolah terhadap
proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh siswa.
5.
Motivasi Menurut Teori McClelland
David McClelland sangat menyakini bahwa achievement dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kesuksesan individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. David
McClelland menyatakan bahwa terdapat tiga jenis motivasi (Feldman, 1986), yaitu
:
a.
Motivasi berprestasi merupakan motivasi yang
membuat individu berusaha mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukannya dan
berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalangi usahanya untuk mencapai
prestasi tersebut.
b.
Motivasi terhadap kekuasaan merupakan daya
dorong atau motivasi untuk mencari pengaruh atau kekuasaan secara efektif dan
memberikan manfaat.
c.
Motivasi Afiliasi merupakan kebutuhan yang
mendorong individu melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya, menjalin
persahabatan dan menjalin kerja sama.
6.
Motivasi Menurut Vroom
Victor H. Vroom (Vroom, 1964) menjelaskan motivasi
melalui teori yang dikenal dengan teori harapan. Teori tersebut diaplikasikan
ke dalam model harapan yang dikembangkannya dan model ini disempurnakan oleh
Poster dan Lawer serta kawan-kawan. Menurut Vroom, motivasi adalah hasil
interaksi dari tiga faktor, yaitu : (1) seberapa besar seseorang menginginkan
imbalan, (2) perbuatan atau usaha yang akan menghasilkan apa (harapan), (3)
perkiraan bahwa prestasi akan menghasilkan instrumentalitas.
7.
Motivasi Menurut Teori ERG
Teori ERG adalah teori motivasi yang dikembangkan berdasarkan
kebutuhan manusia. E berarti existence
atau kebutuhan untuk tetap hidup, R berarti relatedness
atau kesesuaian, dan G berarti growth
atau perkembangan. Ketiga aspek ini saling berhubungan dengan kelima aspek
dalam hierarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow (Feldman, 1986:55-56).
8.
Motivasi Menurut Teori Equity
Teori kesejajaran atau equity theory merupakan sumber informasi lain yang dapat digunakan
untuk menjelaskan motivasi. Motivasi individu yang berada dalam suatu
organisasi atau institusi, seperti kantor atau sekolah dan lain-lain,
dipengaruhi perasaan mereka tentang perlakuan yang diterimanya oleh
organisasi/institusi tersebut. Apabila seseorang merasa dirinya tidak diperlakukan
adil oleh organisasi/institusi di mana ia menjadi anggota dari organisasi/institusi
tersebut maka hal ini akan menyebabkan motivasi individu tersebut menurun. Hal
ini terlihat dari perubahan semangat kerja yang pada tahap selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja individu tersebut. Pada umumnya, kinerjanya akan menurun (Arnold
& Feldman:61-62).
9.
Motivasi Menurut Teori Pencapaian Tujuan
Teori penetapan tujuan atau goal setting theory menjelaskan bahwa tujuan yang akan dicapai
merupakan faktor yang dominan dalam meningkatkan motivasi dan kinerja individu.
Penelitian yang dilakukan oleh Taylor selama lima belas tahun tentang pengaruh
tujuan terhadap motivasi dan kinerja menunjukkan bahwa tujuan yang akan dicapai
memberikan manfaat positif pada peningkatan motivasi kinerja individu.
2.3
JENIS DAN SUMBER MOTIVASI
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian
nilai sampai pemberian hadiah
dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.
Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki
daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi
karena faktor ekstrinsik dapat saja justru mengakibatkan daya motivasi individu
berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu.
Lalu, apa yang menjadi sumber motivasi seseorang ? menurut teori kebutuhan,
setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tertentu. Kebutuhan tersebut, pada diri manusia senantiasa menuntut pemenuhan.
Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkatan yang paling dasar dan secara
hierarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh
Abraham Maslow. Menurut Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya
telah terpenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul
dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut
dipandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya
menjadi strongest need. Oleh karena
itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara
terus-menerus minta dipenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus
terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi
active motivator. Jika kebutuhan
tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active
motivator, maka usaha manusia hanya
bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang
termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak
terpenuhi, dapat menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang,
dan bahkan frustasi.
Terhadap teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya
benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hierarkis, sehingga seseorang tidak
dapat melakukan aktualisasi diri sebelum esteem
needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam praktiknya, tidak sedikit
orang termotivasi untuk melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri)
meski kebutuhan-kebutuhannya belum terpenuhi semua.
2.4
PERAN DAN FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dalam proses
pembelajaran, selain kajian teori belajar dan teori pembelajaran, ada hal lain
yang juga penting untuk dikaji korelasinya dengan proses belajar dan
pembelajaran, yaitu berkenaan dengan motivasi. Secara umum, terdapat dua
peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang
peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam
belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Beberapa penelitian
tentang prestasi belajar menunjukkan, bahwa motivasi merupakan faktor yang banyak memberikan pengaruh terhadap
proses dan hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti Mc. Clelland (1985),
Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans and Maerh (1987) melakukan
berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik.
Dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987),
bahwa di antara tiga faktor yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks
sekolah dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan faktor yang paling baik untuk prestasi
belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi
antara 11 sampai 20 % terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati
(1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 %, sedangkan Mc
Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64 % terhadap prestasi belajar.
Motivasi
belajar dianggap sangat penting dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat
dari fungsi, nilai, dan manfaatnya. Hal tersebut menjadi acuan bahwa motivasi belajar mempengaruhi serta dapat
mengubah tingkah laku siswa. Dalam hal ini ada tiga fungsi motivasi yaitu :
1. Motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan dalam belajar.
2. Motivasi belajar berfungsi sebagai
pengarah dalam belajar.
3. Motivasi belajar berfungsi sebagai
penggerak.
v
Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a.
Cita-Cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar
tampak pada keinginan anak sejak kecil, sehingga keberhasilan mencapai
keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat bahkan dikemudian hari
menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Cita-cita akan memperkuat motivasi
intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
aktualisasi diri. (Monks, 1989: 241-260: Schein, 1991: 87-110; Singgih Gunarsa,
1990: 183-199.)
b.
Kemampuan Siswa
Keinginan seorang
anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya, karena
kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan. (Monks, 1989 : 21; Singgih
Gunarsa, 1990:49.)
c.
Kondisi Siswa
Kondisi siswa
yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang
siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menganggu perhatian
belajar. Sedangkan seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah
memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa
berpengaruh pada motivasi belajar.
d.
Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa
dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan
kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah
yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya.
Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan
motivasi belajar mudah diperkuat.
e.
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan
Pembelajaran
Siswa memiliki
perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan
berkat pengalaman hidup. Pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya,
lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi
dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional diharapkan mampu
memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar
di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
f.
Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Sebagai pendidik,
guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih
perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa. Upaya
pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat
pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka,
dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung
dalam pusat-pusat pendidikan tersebut.
Guru profesional
dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusa pendidikan tersebut.
Upaya mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kerja sama sekolah dan luar
sekolah.
2.5
PENERAPAN MOTIVASI DALAM PENDIDIKAN DAN
PEMBELAJARAN
Motivasi merupakan faktor yang penting dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu menentukan model penerapan
motivasi yang dapat meyakinkan bahwa peserta didik memiliki kesempatan untuk
mencapai kesuksesan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran tersebut.
Model motivasi yang dapat diterapkan dalam mendorong
kemajuan siswa diantaranya :
1.
Sebelum Proses Pendidikan dan Pembelajaran :
Asesmen Kebutuhan Siswa dan Kemauan untuk Berprestasi
Sebelum proses pendidikan/pembelajaran dilakukan,
pendidik perlu mengajukan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui motivasi
siswa terhadap proses pendidikan/pembelajaran yang dijalaninya.
Hasil need
assessment menjadi pedoman bagi pendidik dalam mendesain berbagai
lingkungan belajar, strategi dan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan tindakan-tindakan reinforcement
yang akan dilakukan guru selama proses belajar berlangsung.
2.
Selama Proses Pendidikan dan Pembelajaran
Berlangsung
Motivasi yang
dilakukan selama proses pendidikan/pembelajaran bertujuan untuk menjaga
kestabilan semangat dan emosi siswa dalam mengikuti proses tersebut. Berbagai
tindakan yang dapat dilakukan di antaranya adalah seperti berikut ini.
v
Menstimulasi keingintahuan siswa.
v
Memelihara iklim emosi yang positif selama
proses pembelajaran berlangsung
v
Selama proses belajar berlangsung, stres pada
siswa perlu diminimalisasi, yang dilakukan dengan jalan mendorong kegiatan yang
meningkatkan kreativitas dan kesempatan siswa untuk meningkatkan dirinya.
v
Apabila motivasi internal siswa lemah maka
pendidik dapat melakukan motivasi eksternal dengan jalan memberikan tugas-tugas
yang dapat dilakukan siswa dengan baik, selanjutnya secara perlahan
ditingkatkan pada tugas-tugas yang lebih sukar.
v
Teknik-teknik motivasi yang diterapkan perlu
dipilih dan dipastikan dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam mencapai prestasi
belajar secara optimal.
3.
Akhir Proses Pendidikan/Pembelajaran
Di akhir proses
pembelajaran, motivasi siswa sangat dipengaruhi oleh pencapaian hasil belajar
yang diperolehnya. Oleh sebab itu, di akhir proses belajar siswa perlu
memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatiannya
dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajarnya.
Hal ini dapat
dilakukan dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa,
sebab-sebab kesalahan tersebut terjadi, dan menyediakan program remedial bagi
siswa yang membutuhkan perbaikan dalam proses belajar yang mereka inginkan.
v
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam
motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan
belajar.
a.
Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Kehadiran siswa
di kelas merupakan awal motivasi belajar. Upaya pembelajaran terkait dengan
beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar tersebut antara lain sebgai
berikut :
(1) Belajar
menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar; oleh karena, itu guru
perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis. (2) Belajar menjadi bermakna
bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya; oleh karena itu
peletakkan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik. (3)
Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental
siswa dalam program kegiatan tertentu ; oleh karena itu, di samping mengajarkan
bahan secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam
pengajaran unit atau proyek. (4) Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka
kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu, guru
perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang
seyogyanya bahan tersebut diatur dalam prinsip memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri. (5) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan
faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari; oleh karena itu guru
perlu memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
b.
Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan
Pembelajaran
Guru adalah
pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan
waktu bagi siswa. seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar.
Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang
ada dalam diri siswa dan ada yang di lingkungan siswa.
Guru dapat
mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan
yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut, sebagai berikut :
(1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang
dialaminya. (2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga
terwujud tindak belajar, betapa lambat gerak belajar, guru “tetap secara
terus-menerus” mendorong; dalam hal ini berlaku semboyan “lambat asal selamat,
tak akan lari gunung dikejar”. (3) meminta kesempatan pada orang tua siswa atau
wali, agar memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam
belajar. (4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar. (5)
Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar; pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan
aktualisasi diri siswa”. (6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi
rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti
berhasil”.
c.
Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan
Kemampuan Siswa
Guru wajib
menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa
belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya
; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal
yang sukar tersebut diserahkan kepada guru. (2) Guru mempelajari hal-hal yang
sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar, dengan mencari “cara
memecahkan”. (4) Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidikkan keberanian
mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi
kesukaran. (6) Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan
masalah untuk membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran. (7) Guru
memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya
sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara
mandiri. (Monks, 1989: 293-305; Winkel, 1991: 110-119; Joyce & Weil, 1980:
105-129 dan 147-163).
d.
Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar
Upaya mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar
tersebut dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : (1) Guru menciptakan
suasana belajar yang menggembirakan, seperti mengatur kelas dan sekolah yang
indah dan tertib. Setiap siswa dapat merasa “kerasan” atau betah tinggal
disekolah. (2) Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas
belajar, sebagai ilustrasi, siswa diajak serta memelihara ketertiban dan
keindahan kelas, perpustakaan, alat-alat olahraga, halaman bermain, dan kebun
sekolah. (3) Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar,
seperti lomba baca, lomba karya tulis. Siswa yang sudah cukup terampil juga
diajak serta menjadi panitia lomba. (4) Guru mengajak serta orang tua siswa
untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan, majalah. (5) Guru
“memberanikan” siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan
mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai; siswa diajak berdiskusi
tentang keberhasilan atau kegagalan mencapai keinginan; selanjutnya siswa
diminta merumuskan keinginan-keinginan yang “baru” yang diduga dapat tercapai.
(6) Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama atau
pendeta, pramuka, dan para instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikkan dan
mengembangkan cita-cita sepanjang hayat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Belajar merupakan
kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Dalam proses pembelajaran dijelaskan
dengan berbagai teori belajar. Terlepas dari teori belajar tersebut, ada satu
aspek yang juga bisa menentukan tingkat keberhasilan hasil belajar siswa yaitu
motivasi. Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah suatu usaha yang menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya.
Berbagai pandangan terhadap motivasi, diantaranya : 1.
Pandangan Behaviorisme, 2. Pandangan Kognitivisme, 3. Teori Maslow, 4. Teori
Herzberg, 5. Teori McClelland, 6. Menurut Vroom, 7. Teori ERG, 8. Teori Equity,
9. Teori Pencapaian Tujuan.
Motivasi dapat dibedakan menjadi
motivasi intrinsik (dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (berasal
dari luar individu). Sumber motivasi menurut teori kebutuhan, setiap manusia
bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Teori ini
dikemukakan oleh Maslow, kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus
terpenuhi sesuai dengan tingkatannya. Sebab jika kebutuhan sebelumnya tidak
terpenuhi, maka manusia hanya bertahan pada level sebelumnya dan tidak ada
peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting
untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar.
Namun, teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan
kebutuhan harus hierarkis, sehingga seseorang tidak dapat melakukan aktualisasi
diri sebelum esteem needs dan
kebutuhan lainnya terpenuhi.
Secara umum, terdapat dua peranan
penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak
psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang
peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam
belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang
banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Ada
3 fungsi motivasi dalam belajar yaitu :
1. Motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan dalam belajar.
2. Motivasi belajar berfungsi sebagai
pengarah dalam belajar.
3. Motivasi belajar berfungsi sebagai penggerak.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu
: a. Cita-cita atau aspirasi siswa, b. Kemampuan siswa, c. Kondisi siswa, d.
Kondisi lingkungan siswa, e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran, f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa.
Model motivasi yang dapat diterapkan dalam mendorong
kemajuan siswa diantaranya :
1.
Sebelum Proses Pendidikan dan Pembelajaran :
Asesmen Kebutuhan Siswa dan Kemauan untuk Berprestasi
2.
Selama Proses Pendidikan dan Pembelajaran
Berlangsung, memberikan stimulasi keingintahuan siswa serta memilih
teknik-teknik motivasi nuntuk memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai prestasi
belajar.
3.
Akhir Proses Pendidikan/Pembelajaran,
menunjukkan kesalahan siswa, sebab kesaalahan terjadi dan menyediakan program
remedial bagi siswa yang membutuhkanperbaikan belajar.
Upaya meningkatkan motivasi belajar, antara lain : a.
Optimalisasi penerapan prinsip, b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan
pembelajaran, c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, d.
Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
3.2 SARAN
Dalam
proses belajar dan mengajar motivasi sangat dibutuhkan untuk menunjang semangat
peserta didik. Sehingga sebagai calon tenaga pendidik, kita diharuskan bisa memotivasi peserta didik untuk
bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran. Jika peserta didik
termotivasi, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan mampu untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Jamaris,
Martini. 2013. Orientasi Baru dalam
Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia
Siregar, Eveline & Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia
http://www.pengertianpakar.com/2015/02/pengertian-dan-fungsi-motivasi-belajar.html
diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 20.04 wib